Gadis Binal

Aku dan Ayah kembali melanjutkan percintaan panas kami, aku berpura-pura polos. Meski aku bisa melakukan sendiri tanpa bantuan Ayah, hanya saja agar Ayah tidak mengetahui aku adalah seorang pemain.

“Isap kontol ayah sekarang, buka mulut kamu.” pinta Ayah yang membujuk ku.

Aku membuka mulut, dengan pelan. Sesaat aku takut memasukan benda lunak bernama penis kedalam mulutku.

“Ayo, jangan takut. Ini bakalan enak gadis, kamu masih mau kan mencobanya!” seru Ayah yang terus membujukku.

Aku lalu membuka mulutku, perlahan-lahan ku masukkan tongkat lunak itu ke dalam mulutku.

“ouchh, ya. isap terus sayang, telan. nak, iyah aahh. begituhh.” Ayah tentu bersemangat, saat aku memasukan kemaluannya di dalam mulutku.

Ayah yang sudah tidak sabar, segera langsung menggerakan penisnya dengan cepat.

“aahhh, gadiss. lihat sini, aahhh lihat ayahh ouchh aahh shhh enak nak.” desah Ayah sambil menjambak rambutku.

Ayah sudah tak tahan, sejak tadi Ayah memang terlihat bernafsu. Ayah tidak perduli dengan kondisi tenggorokanku yang tersedak penisnya.

“oekk, uhukk:. uhuk.. ouhh, hah hah. ayah pelan-pelan.”ucapku dengan kesal.

“sshh, maaf. mulutmu terlalu enak untuk kontol ayah.” balas Ayah sambil mengusap mataku dan wajahku yang penuh air mata dan lendir ludah.

“Ayo gadis. masukin lagi kontol ayah. Ayah ingin crot di dalam mulutmu nak.” bujuk Ayah dengan memasukkan jari telunjuk kanannya ke dalam mulutku.

Aku kembali meraih penis besar ayah yang berurat itu, aku mengendus. Mengeluarkan lidahku. Aku menghisap kantong telur Ayah.

“Ouchh aahh, pintar sayang, terus, begituh sayang. kau lebih pintar dari ibu nak. sshhh aahhh begitu.” Aku menjilat lalu menyedot penis Ayah.

Aku senang akhirnya, kami bisa melakukan seks bersama. Ku lihat beberapa kali Ayah merem melek, sambil mendesah memanggil- manggil namaku. “Slurpp, hopp wokk., slurpp.., muach, gimana yah, enak nggak? slurpp..” godaku sambil memaju mundurkan penis Ayah. “Enak sayang, kontol ayah berasa dipijet sama kamu. uhh, shhh. terus sayang, sepongin kontol Ayah nak, aahhh enakkk.” racau Ayah yang tak kuasa menahan serangan isapan dariku.

Rasa enak yang didapatkan Ayah tak terbendung lagi, sesekali Ayah menekan kepalaku. Agar penis besarnya masuk ke dalam

kerongkonganku,

“Ayah mau ngecrot sayang, aahhh mmmhh gadis ayah mau keluar aahh.” Ayah mendesah dan tak lama, semburan sperma dilepaskan begitu saja di dalam mulutku.

Aku menyedot semua dan menelan tanpa ragu, membuat Ayah tersenyum puas.

“Aahhh, shhh enak sayang. Sudah, sekarang sini, ayah puasain kamu.” ucap Ayah.

Ayah meraihku, aku merangkak naik ke atas badan Ayah. Ayah lalu mendorong pantatku agar naik ke atas, aku mengerti kemauan Ayah. Ayah ingin menjilatiku dari bawah. Aku pun dengan senang hati, membiarkan Ayah melakukan aksinya.

“Aahhh, shhh ayah yah ayah.” panggilku yang menahan desahan.

“Slurpp, muach. slurpp, muach slurpp muach. muach muach slurpp slurpp muach..” bunyi Isapan permainan Ayah. “Sshh ahh ouhh yah aaah, udah yah enak banget.” desahku yang hampir menggila sebab rasa nikmat yang kurasakan.

Ayah berhenti sejenak, lalu membalikkan posisiku. Aku kini tidur terlentang, dengan posisi dua pahaku melebar, Ayah lalu mencoba memasukan jarinya.

rasa sakit dan perih. Ketika jari Ayah menerobos masuk.

“Sebentar sayang, biar nanti kontol ayah gampang masuknya. kalo nggak di ubek memek kamu nak.” rayu Ayah pelan, sambil terus mencoba.

Aku tau posisi ini, aku sudah sering melihat berbagai macam gaya yang dilakukan pasangan saat berbuhungan intim.

“Sshh aayah, ayah lepasin. Sakit banget ayah, aaahh udah cukup. ayah.”ucapku sambil menangis.

Ayah mencium bibirku, agar bisa meredam teriakanku. Ayah terus membobol liang kewanitaanku, tanpa perduli. Ini memang satu- satunya cara, agar nanti penis besar milik Ayah bisa masuk. Aku mencoba merilekskan diri, dan tak melawan. Meski aku tau ini benar-benar sakit, dan nyeri. Tapi aku tetap ingin melanjutkan hubungan badan yang terlarang ini.

Nafsu telah menutupi rasa bersalah kami, aku membiarkan jari-jari kekar ayah menerobos masuk.

“Kok nggak berdarah sayang?” tanya Ayah yang membuatku panik. “Nggak tau ayah, coba di cek. shhh aahhh.” aku menjawab dengan hati-hati, seingatku aku tidak pernah memberi kemaluanku pada pria manapun:

“Gpp sayang, berdarah atau nggak itu bukan ukuran untuk ayah. Memek kamu beneran sempit sayang, ayah senang jari ayah bisa masuk ke dalam sini.” Ayah berbicara sambil berusaha membiarkan jarinya tenang di dalam.

“Gimana gadis?” tanya Ayah

“Enak-enak perih Ayah, hufh mmmhh..” jawabku yang masih berusaha menetralkan deru nafasku.

“Ayah kocokin yah.” sahut Ayah

“Mmhhh jangan ayah.. aaah.” jawabku sambil menolak dan mengeluarkan desahan, sebab Ayah kini bermain dengan dua jarinya di dalam liang memeku. “sshh ayaahh. ampun, aahh. hikss, ayahh uhh sakitth yah yah. udah yah, ngilu gadis nggak kuat ayahhh..” tangisku sambil mendesah. Ayah tidak perduli, ayah terus mengocok kemaluanku. Ayah bermain dengan tempo dari lambat sampai cepat, aku menangis namun keenakan. butuh beberapa menit, agar aku terbiasa merasakan jari nakal Ayah berada di dalam kemaluanku. “sshh, gimana, katanya sakit. kenapa becek sayang..” goda Ayah yang mulai tau, aku keenakan.

“Aahh, sshh enak ayah. uhh lagihh, udah nggak sakit memek gadis ayah..” desahku sambil melingkarkan lenganku di leher Ayah.

“coba ulang?” goda Ayah lagi.

“aahh, enakk. yahh.. memek lacur gadis enakk., minta di obok-obok sama ayah yahh. sshh aahh mphhtt.” jawabku dengan vulgar.

Nafsu ayah mulai bangkit, aku bisa tau hanya dengan melihat kontol Ayah yang berdiri tegak.

“memek lacur, siapa yang ngajarin ngomong begitu. gadis nakal.” ayah memasukan satu jarinya lagi ke dalam, kini ada tiga jari yang bermain di dalam kemaluanku.

“sshh aahh, ituhhh iyah memek lacurku.” Aku menggelinjang. Ayah yang gemas lalu menampar payudaraku, siksaan nikmat benar- benar Ayah berikan.

Aku tau semua ucapan itu dari semua film yang pernah aku nonton. Mendengar rintihanku Ayah jadi semakin bersemangat, melihat aku memainkan lidah sambil tersenyum.

“Gadis nakal, rasakan ini.” ucap Ayah yang kembali menambah kecepatan kocokannya.

“Aaaahh, aayahh aahh. ampun Ayah, gadis bakalan jadi anak ayahh yang baik.. uhh ayaah yah udah.” desahku yang ingin klimaks.

Ayah tak perduli, ayah semakin bersemangat. Melihatku menggelinjang hebat dan mendesah.

“Ayah gadis pengen kencing ayah, udah ayah. ayah udah aahhhh.” desahku sambil memuncratkan cairan orgasmeku.

Ayah lalu menarik tangannya, membiarkan ku tenang dengan pelepasanku. Ayah lalu meraih kedua puting susuku, dan dengan cepat menyesap.

“Sshh, ayah: sabar yah. aahhh.” seperti tuli Ayah tetap melanjutkan aksinya.

Aku yang kembali terangsang, menekan kepala Ayah agar menyusu pada payudaraku.

“Aaahh ouch, isep terus ayahh. kenyot pentil gadis ayah, ayahh terus ayah. susuku milik ayahh sshhh aahhh ayah..” desahku keenakan saat merasakan isapan lidah Ayah.

“Slurpp, muach. slurpp. hmm enak anak nakal?” goda ayah kembali. “mmmhh shhh aahh ayah, gadis nggak kuat. ini enak banget ayah. lagi ayah, kenyot terus pentil gadis ayah.” rasa enak membuatku menjambak rambut Ayah.

Beberapa menit Ayah terus menghisap secara bergantian

payudaraku, aku dibuat tak henti-hentinya mendesah.

Tak salah aku mencoba peruntungan seks pertamaku dengan Ayahku sendiri, agak gila memang. Tapi ini sangat nikmat, ketika fantasiku terwujud.

Setelah puas melahap dengan kenyal, kedua putting susuku. Ayah lalu bangkit, dan langsung membuka kedua kakiku secara lebar.

“Ayah, apa yang ayah lakukan?” tanyaku dengan berdebar.

“Ayah pengen masukin kontol ayah ke memek tembemu nak, ayah udah nggak tahan. Pengen genjotin memek lacur kamu.” ucap Ayah sambil mengusap dan memainkan kemaluanku kembali.

“Sshh, hmmm. gadis takut ayah, sama kontol ayah. aahhh, itu gede banget.” aku mendesah saat Ayah mencoba merilekskan

kemaluanku.

Ayah menjilat kembali jarinya, nafsku kembali bangkit. Aku juga ingin merasakan tusukan penis Ayah.

“Sshh, ayah pelan-pelan yahh.” ucapku sambil menarik nafas dalam.

Ayah perlahan menggesek kemaluan kami terlebih dahulu, supaya aku menjadi rileks. “Ahh, gimana. gini aja udah enakan sayang?” goda Ayah sambil terus memainkan penisnya dari luar.

“Aahh, enak yah. kontol ayah enak. sshh ahhh.” ucapku dengan lidah menjulur, Ayah tidak membiarkan lidahku menganggur begitu saja. Ayah memberikan jari telunjuk agar aku hisap, seperti menghisap kontolnya. “Ayah masukin yah kontol ayah, kamu bakalan suka.” ucap Ayah lalu mulai menggerakan penisnya.

“Aah ayah, pelan-pelan, gadis takut, mmmm.” jeritku yang meremas kedua lengan kekar Ayah.

Ayah mendorong dengan pelan, perlahan-lahan namun pasti. Aku bisa merasakan benda kenyal itu masuk ke dalam kemaluanku.

“sshh, ayahh yah. sabarr.” jeritku dengan rasa takut.

“Jangan dilawan, nanti nggak bisa masuk. terus kamu ngerasain sakit.” Ayah berujar sambil menenangkanku. Jleb, semua penis ayah berhasil masuk. Ayah belum mendorong penisnya.

“Gimana kontol Ayah?” tanya Ayah yang kembali memandangi wajahku yang memerah.

“sshh, sesek ayah. nggak muat.” jawabku. “Ayah gerakin kontol ayah, biar makin enak kamu.” ucap Ayah sambil mulai menggesakan kelaminnya.

“Yah auhhh shhh, pelan-pelan ayah.” sahutku yang sedikit kaget, dengan sentakkan penis Ayah.

“Mmhh, nanti bakalan terbiasa memek kamu.” sambung Ayah.

Ayah mulai menggenjot kemaluanku, aku senang akhirnya Ayah bisa menjamah diriku.

“Sshhh ah, ayah uhh ayah yah. ohh ayah.” aku mendesah sambil memanggil Ayah.

Desahanku membuat Ayah semakin bersemangat menggenjot vaginaku.

“Memek kamu enak, hmmmm ahh masih sempit. ayah suka memek kamu. uhhh..” ucap Ayah sambil mendesah.

Beberapa menit Ayah menghantam kemaluanku memakai kemaluannya, membuatku yang tadinya merasakan sakit. lambat laun mulai merasakan rasa nikmat.

“Sshh, ayah kencengin lagi yah. enakk enak banget ayah.” ucapku yang mulai tak malu.

“uhh gini, shhh kayak gini.” balas Ayah dengan mempercepat gerakannya.

“Aaahh, mhh iyah ayah situh. aahh disitu ayah, enak banget anjing. Ayah kontol ayah enak yah, aahhh gadis suka kontol ayah..” jeritku yang tak mampu menahan nikmat tusukan. “Uhh aaah, sukahh ayah giniin kamu.. hah, hufhhh kontol ayah enak nggak?” tanya Ayah yang masih memompa. “Enak banget yah, uhh kontol ayah paling enak. kontolin memek aku yah. uhh gadis suka dikontolin sama ayah. aahh sshh aahh.” Aku begitu binal.

Genjotan Ayah membuat payudaraku bergerak tak berarah, Ayah yang gemas memukul payudaraku.

“aah jalang kecil, kamu jalang kecil ayah. sshh rasakan kontol ayah nak.”

Ayah kembali memeluk erat tubuhku, dan menambah frekuensi tusukan yang dalam.

“Ayah yah, uhhh enakkk yah. aahhh sshhh ouchh ayahh yah uhh enak kontol ayah yah..”

“Yah kencengin lagi yah ngentot memek lacur aku. sshhh aahh hmmm aaah ayahh memek aku butuh kontol ayahku.” Aku meracau dengan tak jelas, Aku merasakan rasa nikmat yang tak henti-henti dari penis ayah. Aku dan Ayah bahkan sampai lupa memakai kondom yang harus Ayah gunakan.

“Gadis ayah pengen ngecrot nak, ayah udah mau keluar.” ucap Ayah yang menggejotku dengan penuh keringat.

“Aaahhh gadis juga ayah, pengen keluar. yah uhhh nggak kuat ayaah..” keluhku yang mulai merasakan akan tanda-tanda orgasme.

“Aayahh ahh ahh..” tubuhku menggelinjang, aku juga bisa merasakan semburan panas dari penis ayah.

“Ohh, sayang. Ayah ngecrot nak.” ujar Ayah yang menarik nafas panjang.

Aku merasakan rasa nikmat tentu juga dengan Ayah, Ayah melihat wajahku. Kami berciuman, melepaskan semuanya.

“Kita lanjut ronde dua nak, mau?” tanya Ayah yang melepaskan ciuman

“Mau yah, gadis masih pengen dikontolin Ayah.” balasku lalu mencium kembali bibir Ayah.

#Bersambung…

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *